1.
Metode Brandt-Daroff17
(Pasien
pada posisi duduk di tempat tidur, kemudian secara cepat pasien berubah posisi
memiringkan tubuh ke arah kanan selama 30 detik, kemudian setelah 30 detik
pasien kembali keposisi duduk dan dengan cara yang sama pasien berubah posisi
kea rah kiri
Dikutip dari Tee LH, Chee NWC. Vestibular
Rehabilitation Therapy for the Dizzy Patient. Annals Academy of Medicine 2005;
34 (4): 289-94.
2.
Eppley maneuver14
(Pasien pada posisi duduk lurus menghadap ke depan di
tempat tidur. Kepala pasien dimiringkan oleh petugas ke arah kanan dengan sudut
450 ke kanan. Kemudian pasien secara cepat di tidurkan telentang
dengan kepala sedikit di rendahkan 200. Setelah 30 detik kepala
dimiringkan dengan sudut 900 ke kiri selama 30 detik dan kemudian
pasien dimiringkan makin ke kiri 90 0. Terakhir pasien dikembalikan
ke posisi duduk.
Dikutip dari Swartz R, Longwell P. Treatment of
Vertigo. American Family Phisician 2005; 71 (6): 1115-22.)
3.
Latihan visual
vestibular19
(pasien
pada posisi duduk, kemudian kepala menoleh ke kanan pada sudut 450 dengan
pandangan tetap ke arah depan selama 30 detik, kemudian pandangan kembali ke
depan dan dilanjuttkan ke arah kiri dengan pola yang sama.
Dikutip
dari Hain TC. Balance and Vestibular Rehabilitation Therapy. Last updated: 9/2002. Diakses dari www.tchain.com tanggal 2 Agustus 2010).
4.
Latihan berjalan7
a.
Jalan menyebrang
ruangan dengan mata terbuka
b.
Berjalan tandem
dengan mata terbuka dan tertutup bergantian
c.
Jalan
mengelilingi seseorang sambil melempar bola dengannya
d.
Physical
conditioning dengan melakukan olah raga bowling, basket dan jogging.
CATATAN : BEBERAPA PENYEBAB VERTIGO YANG SERING
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Dianggap merupakan penyebab
tersering vertigo; umumnya hilang sendiri (self limiting) dalam 4 sampai
6 minggu. Saat ini dikaitkan dengan kondisi otoconia (butir kalsium di dalam
kanalis semisirkularis) yang tidak stabil. Terapi fisik dan manuver
Brandt-Daroff dianggap lebih efektif daripada medikamentosa.11,14
Penyakit Meniere
Dianggap disebabkan oleh
pelebaran dan ruptur periodik kompartemen endolimfatik di telinga dalam; selain
vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus dan gangguan pendengaran. Belum
ada pengobatan yang terbukti efektif; terapi profilaktik juga belum memuaskan;
tetapi 60-80 % akan remisi spontan. Dapat diberikan vasodilator, diuretik ringan
bersama diet rendah garam; kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa
dekompresi ruangan endolimfatik dan pemotongan n.vestibularis. Pada kasus berat
atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi atau merusak saraf
dengan instilasi aminoglikosid ke telinga dalam (ototoksik lokal). Pencegahan
antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi
asupan garam. Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan
gejala. Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibluer(terutama antihistamin).8,11
Neuritis vestibularis
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga
disebabkan oleh infeksi virus; jika disertai gangguan pendengaran disebut
labirintitis.
Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam dua bulan. Pada
fase awal, pasien dianjurkan istirahat
di tempat tidur, diberi obat supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang
mekanisme kompensasi sentral.11
Vertigo akibat obat
Beberapa
obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya
pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain
sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin.
Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat
alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa
melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.8,11
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Storper IS,
Roberts JK. Dizziness, Vertigo and Hearing Loss. In: Rowland LP, Pedley TA
(eds). Merritt’s Neurology, Twefth edition. Philadelphia: Lippincott William
& Wilkins, 2010.
2.
Demyer WE. Deafness,
Dizziness and Disorder Of Equilibrium. In: Ropper AH, Brown RH (eds). Adams and
Victor’s Principles of Neurology, Eighth edition. New York: McGraw-Hill, 2005.
3.
Hanley K, Dowd
TO. Symptoms of Vertigo in General Practice: A Prospective Study of Diagnosis.
British Journal of General Practice 2002; 52: 809-12.
4.
Towler HMA.
Dizziness and Vertigo. British Medical Journal 1984; 288: 1739-43.
5.
Samy HM, Hamid
MA. Dizziness, Vertigo and Imbalance. Updated
14 Januari 2010. Diakses dari www.emedicine.medscape.com
tanggal 1 Agustus 2010.
6.
Strupp M, Brandt
T. Diagnosis and Treatment of Vertigo and Dizziness. Deutsches Arzteblatt
International 2008; 105 (10): 173-80.
7.
Kelompok Studi
Vertigo PERDOSSI. Vertigo: Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi. 1998.
8.
Weber PC.
History and Physical Examination. In: Weber PC (ed) .Vertigo and Disequilibrium.
New York: Thieme Medical Publishers, 2008.
9.
Hain TC. Drug
Treatment of Vertigo. Last updated:
9/2002. Diakses dari www.tchain.com tanggal 2 Agustus 2010.
10. Joesoef AA. Tinjauan Umum Mengenai Vertigo. Dalam:
Joesoef AA, Kusumastuti K (eds). Neuro-Otologi Klinis Vertigo. Surabaya:
Airlangga University Press, 2002.
11. Wreksoatmojo BR. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin
Dunia Kedokteran 2004; 41 (144): 42-44.
12. Kerns SC, Stankiewicz, Marzo SJ. Dizziness and
Vertigo. In: Biller J (ed). Practical Neurology. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins, 2009.
13. Chang AK. Benign Positional Vertigo. Updated 24 Agustus 2009. Diakses dari www.emedicine.medscape.com tanggal 1 Agustus 2010.
14. Swartz R, Longwell P. Treatment of Vertigo. American
Family Phisician 2005; 71 (6): 1115-22.
15. Marill KA. Central Vertigo. Updated 6 November 2009. Diiakses dari www.emedicine.medscape.com
tanggal 1 Agustus 2010.
16. Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Bell DS. Vertigo and
Dizziness. London: Springer-Verlag, 2005.
17. Tee LH, Chee NWC. Vestibular Rehabilitation Therapy
for the Dizzy Patient. Annals Academy of Medicine 2005; 34 (4): 289-94.
18. Troost BT, Patton JM. Exercise therapy for Positional
Vertigo. Updated 27 Maret 2001.
Diakses dari www.newbppvpaper.html.
19. Hain TC. Balance and Vestibular Rehabilitation
Therapy. Last updated: 9/2002.
Diakses dari www.tchain.com tanggal 2 Agustus 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar