*Entah judulnya tepat atau tidak yang jelas ini curcol terpendam tapi yang jelas tidak mendendam, ini jadi bahan pelajaran saja buat ku dan mungkin yang baca..* ^_^
Pernah salah seorang guru SMA ku yang baik, datang ke Padang, dengan anak-anak SMA yang mau ikut lomba olimpiade mata pelajaran yang se-Sumatra, di Universitas Andalas. Aku di-sms Pak Guru, ikutan nonton, ketemu guru juga, cerita-cerita lama, dan aku iya iya aja menjawabnya, hahaha..
Lalu guruku bertanya, “Kenapa Feby jarang main ke sekolah, ndak kayak teman2 Feby tuh, ramai2 datang, ada yang bawa jas almamaternya juga” aku mikir “ wuiih, bawa jas almamater”. Bapak nanya lagi, “ kenapa Feby jarang kelihatan, bau2 pulang aja ndak ada, padahal dekat ini. Kemaren teman2mu itu pada promosi, promosi event, sekalian itu promosi kampus”
Akhirnya aku bilang “emang mau ngapain Feby ke sekolah Pak?” Bapak itu melihat aku dan mengatakan aku ini tetap sadis, walaupun gak pemarah (haaaahh??)
Akhirnya aku sadar kalimatku ambigu dan aku ganti, “Feby gak tau juga mau ngapain ke sekolah, Pak. Paling main-main aja. Ndak ada yang mau dipromoin juga. Hm.. Mungkin teman-teman mau promo event di kampusnya, Pak, siapa tau bisa diikuti ”
“Sebenanya bukan itu yang Bapak maksud. Bukan cuma Feby, bahkan kakak2 senior Feby, yang sama kampusnya sama Feby juga gak mau datang ke sekolah, apa karena masalah yang lama?”
Masalah apa aku beneran gak tau.
“Masalah apa Pak?” Akhirnya Bapak cerita.
Dulu, ada kakak seniorku, gak tau kakak atau abang, kita panggil Kakak aja,. angkatan 2002 pernah datang ke SMA, sama teman-temannya, tapi udah beda tempat kuliahnya. Niatnya datang senang-senang aja, cerita, ketemu teman dan guru. Sampai akhirnya di sekolah, saling cerita tentang tempat kuliah masing-masing. Nah, si Kakak ini, mungkin emang ada salah satu guru yang tergelincir ngomong, atau si Kakak lagi sensi, Kakak tersinggung. Masalahnya ada karena perbandingan itu. Membandingkan yang tetap di Sumatra dan yang sekolah ke Pulau Jawa. Aku gak tau detail kalimat2nya apa karena Bapak juga gak cerita detailnya. Sampai akhirnya Kakak ngadu ke Bapak, cerita kok gitu banget membandingkannya, apa karena kami ada di daerah, bukan di pusat, bukan di yang populer di sana, jadi kami di-underestimate-kan. huuummm
Bapak nanya balik ke aku, yang pasti aku gak tau cerita itu dan bukan itu juga alasan aku main ke sekolah. Aku bilang ke Bapak kalau aku emang pemalas kalau udah sampai di rumah, hehe..dan juga gak tau mau ngapain ke sekolah, biasanya emak menyuruh bantu2 beresin rumah Paaaaak.. karajo, hihihi..Begitu aja jawabanku sekenanya :D
Ngomong soal underestimate, sebenarnya ini bukan pertama kalinya kejadian yang menimpa Kakak itu, aku pun pernah mengalaminya, sampai sekarang juga masih ada. Bahkan beberapa jam setelah pengumuman SPMB 2006. Banyak sms dan telpon yang masuk waktu pengumuman, dan aku mengabarkan aku dapat di pilihan ke2, di Padang.
ada yang bertanya,
serius mau ngambil itu juga,
masa sih kemaren pilihannya itu,
dan lain lain.
kenapa ada yang gak percaya gini. Apa salahku…Apa salahkuuuuuu sampai ada yang tanya begituuu..
Benarkah Feby memilih sambil tutup mataaaa? *lebay*
Tidak, aku tidak memilih sambil tutup mata.
Ada lagi yang lucu. Adik kelasku, Aulia Ihsani, dia ini termasuk anak yang rapornya bling-bling, ngeri deh (kok ngeri? :P),aku ngiler liat prestasi akademiknya. Aku gak segitu juga dulu, hooo.. Aulia termasuk anak2 gak tergeser di kelasnya. Aku nilainya pernah bergeser. Mirip hasil EKG fibrilasi ventrikel jantung, Aku dulu labil sekali. :D Tak disangka Aulia “bikin ulah” yang sama, di SPMB dia tahun 2007. Lucunya, ada yang tanya lagi, siapa adik kelasku, dengan santainya aku bilang, Aulia dooong. Aulia mana? Ya Aulia Ihsani. Siapa lagi. Yang nanya kaget, hahhh?? Masa sih? Bercanda, dia bukannya di sana. Terus aku bilang, Aulia Ihsani serumah sama aku di Padang lhooo.. Yang nanya akhirnya diam.
Dari dua pembicaraan di tahun yang berbeda ini, sejujurnya aku masih menangkap (atau merasa) keraguan itu. Keraguan, perbandingan, yang dirasakan masih bergentayangan di benak sebagian besar orang.
Kalau boleh aku bertanya, ada apa memangnya dengan di daerah dengan yang berada di pusat (maaf kalau boleh ngomong lagi, kenapa dibandingkan dengan yang di Jawa).
Sebagai perbandingan, memang benar, di daerah fasilitasnya tidak sebanyak fasilitas di pusat, Guru Besar di daerah tidak serame dan sering masuk televisi, hasil-hasil riset nyaris daerah mungkin tidak begitu terpublikasi di nasional. Tapi jangan salah juga, yang di daerah bahkan ada yang malah masuk ke forum-forum yang ada di luar negeri. Bahkan aku sendiri rasanya masih mimpi bisa ada laboratorium seperti Eijkmen ada di Sumatra, kapaaaan ya, bisa lengkap dan akurat lab.nya kaya yang di Jakarta, atau Surabaya, dan lain lain dan lain lain.
Belum lagi kondisi geografis, demografi, kultur, yang jauh berbeda. Di tempatku, mal aja baru 1, itu pun tidak lengkap. Orang-orang takut berinvestasi karena gempa dan ancaman tsunami yang membayangi. Kerusakan infrastruktur pasca bencana juga masih ada. Tapi pendidikan bukan diukur dari banyaknya mal yang ada di kota tersebut, bukan? Siapa yang lebih maju di daerah atau pusat, era informatika sekarang informasi setiap detik muncul di layar, setidaknya layar ponsel. Kalau soal siapa yang lebih korup daerah atau pusat. Aku jawabnya sama aja. Di mana-mana kalau ada yang mau jahil, jahat, mau berada di ujung tanah negeri ini tetap bisa ada *niat ya, jahatnyaaa… ckckck*
Kembali lagi ke tentang pendidikan, cerita aku,Aulia, dan si Kakak juga pastinya dulu sampai hati milih yang pertama ke arah pusat karena di sana paling bagus se-Indonesia, tapi karena memang Tuhan sudah menetapkan tidak di sana ya, tidak di sana. Berarti disuruh balik ke daerah. Pasti ada plus minusnya di masing-masing tempat belajar. Intinya kembali lagi ke personal masing-masing, mau tekun atau tidak, mau berusaha atau tidak. Kalau ada orang yang mengecilkan, mau underestimate, mau dianggap angin lalu, mau diragukan, tho dia tidak merasa susah dan senangnya menjalani studi yang kita jalankan.
Kalau ada kesempatan, aku sebenarnya juga ingin berada di tempat lain, belajar di luar tempat yang sekarang. Karena aku orangnya suka lompat-lompat… :P mencari hal yang baru. Tapi itu nanti aja dipikirin :P satu satu selesaikan yang ada. Hidup seperti air mengalir, tapi tetap diri sendiri yang pegang kendali ^_^
tenang feb, rejeki bukan warna atau logo almamater yg ngatur hoho
BalasHapus