Hari ini saya akan maju dengan kasus Hemibalismus Dextra.. (ampun-deh-mirip-lagi-presentasi-laporan-kasus-di-depan-konsulen)
Tadi saya mengeluarkan istilah chorea, athetosis, dan hemibalismus. Sebelum kita masuk ke kasusnya, kita perlu tau dulu apa beda masing-masingnya, okeeee brooo/siiis..cekidot
Pertama kita mulai dari.. Chorea
Chorea adalah
gerakan involunter yang
cepat,menyentak, pendek dan berulang-ulang yang dimulai satu bagian tubuh dan
bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara terus-menerus
sampai bagian tubuh lainnya yang
menghasilkan berbagai pola gerakan. Pertama-tama bagian perifer dari
ekstremitas terlibat bagian proksimal akan mengikuti. Sentakan involunter pada wajah
menghasilkan wajah yang menyeringai. Yang paling penting adalah chorea
huntington, suatu penyakit degeneratif dominan, herediter uang timbul pada usia
pertengahan. Gerakan pada umum nya tidak tersentak-sentak seperti pada chorea
minor. Gerakan yang lebih komplek dan kadang-kadang lambat seperti gerakan
athetosis. Mungkin terdapat puntiran, seperti tenaga putaran, dan serupa
seperti distonia torsi. Ekstremitas proksimal, tubuh dan otot-otot wajah yang
terutama terlibat menyebabkan wajah menyeringai dan retraksi dari lidah. Bicara
dan menelan menjadi sulit. Hipertonia yang terjadi dini, kemudian berubar
menjadi rigor. Penemuan paatologis terdiri dari atrofi korpus striata yang
berkaitan dengan hilangnya neuron-neuron kecil. Neuron kortikal juga dapat
berdegenerasi dan penyakit dapat berakhir dengan demensia. Gerakan chorea
dengan perkembangan lambat yang sama mungkin merupakan keadaan yang
simptomatik, yaitu sekunder terhadap penyakit otak lainnya (ensefaflitis,
keracunan karbon monoksida, penyakit vaskuler).
Next.. Athetosis
Athetosis adalah aliran
gerakan yang lambat, mengalir, menggeliat di luar kesadaran. Gangguan kinetik ini biasanya disebabkan oleh
kerusakan perinatal dari korpus striata. Kerusakan ini mengambil bentuk hilang
nya sirkulasi neuron-neuron kecil, menimbulkan jaringan parut glial seperti
vena-vena dalam marmer, sehingga di sebut status marmorartus. Gerakan
involunter menjadi lambat dengan kecendrungan untuk ekstensi berlebihan dari
ekstremitas bagian perifer. sebagai tambahan, terdapat peningkatan spasmodik yang irreguler dari
tegangan otot antara agonis dan antagonis, sehingga gerakan dan sikap tubuh
menjadi aneh. Gerakan voluntger berubah hebat oleh penaampilan secara spontan
dari gerakan hiperkinetik yang mungki melibatkan wajah dan lidah sehingga
menyebabkan wajah menyeringai dengan gerakan lidah yang abnormal. Mungkin
terdapat ledakan spasmodik, tertawa atau menangis. Athetosis mungkin terjadi
bersamaan dengan paresis kontralateral; juga dapat ditemukan bilateral yang di
sebut athetosis ganda, yang biasanya terjadi berkaitan dengan paraplegia
spastik (penyakit little, sindrom vogt). Intelegensia dapat dipertahankan
Chorea dan athetosis, yang mungkin
terjadi bersama sebagai choreoathetosis, adalah bukan penyakit. Namun demikian,
mereka adalah gejala yang bisa diakibatkan oleh beberapa peyakit yang sangat
berbeda satu sama lain. Chorea dan athetosis diakibatkan oleh over-aktivitas pada
dasar ganglia, bagian otak yang membantu mempermudah dan mengkoordinasikan
gerakan yang dimulai oleh impuls syaraf dari otak. Pada kebanyakan bentuk
chorea, kelebihan dopamine, neurotransmitter utama yang dipakai di basal
ganglia, mencegah basal ganglia dari fungsinya secara normal. Obat dan penyakit
yang meningkatkan kadar dopamine atau meningkatkan sensitivitas sel syaraf ke
dopamine cenderung memperburuk chorea
dan athetosis.
Chorea kadang-kadang berkembang pada orang yang lebih tua oleh sebab yang tak
nyata. Chorea ini, disebut chorea senilis,
cenderung mempengaruhi otot di sekitar mulut. Chorea juga bisa mempengaruhi
wanita selama 3 bulan pertama kehamilan (suatu kondisi yang disebut chorea
gravidarum), tetapi hilang tanpa pengobatan sesaat sesudah mereka melahirkan.
Jarang, semacam chorea terjadi pada wanita yang meminum pil kontrasepsi. Chorea
bisa juga adalah akibat dari lupus (sistemik lupus erythematosus),
over-aktivitas kelenjar gondok (hyperthyroidism), suatu tumor atau stroke yang
mempengaruhi sebagian basal ganglia yang disebut caudate nukleus, dan obat
tertentu seperti obat antipsikotis.
Obat yang dapat diberikan seperti yang memblokade dopamin dapat diberikan
seperti haloperidol dan risperidon.. pemberian antikonvulsan seperti diazepam judga
dapat bermanfaat.
Selanjutnya.. Hemibalismus
Hemiballismus ialah sejenis
chorea, biasanya menyebabkan gerakan melempar satu lengan di luar kemauan dengan keras.
Penyakit ini disebabkan oleh
beberapa macam proses patologis antara lain gangguan vaskuler (stroke),
infeksi, trauma dan tumor. Kelainan di otak berupa destruksi nukleus
subtalamik. Gerakan ini melibatkan otot-otot proksimal dan dapat menguras
tenaga. Hemiballismus mempengaruhi satu sisi badan. Lengan terkena lebih
sering daripada kaki. Biasanya disebabkan oleh stroke yang mempengaruhi bidang
kecil tepat di bawah basal ganglia yang disebut nukleus subthalamic.
Hemiballismus untuk sementara mungkin melumpuhkan karena ketika penderita
mencoba menggerakkan anggota badan, mungkin melayang secara tak terkendali.
Coba kita pelajari kasus yang ini...
Seorang pasien perempuan berumur 51
tahun masuk dengan :
Keluhan Utama :
Gerakan yang tidak terkontrol pada tangan dan kaki kanan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Gerakan yang tidak terkontrol pada tangan dan kaki sejak 1 hari. Gerakan kaki seperti menendang dan tangan seperti memukul. Awalnya gerakan hilang timbul namun akhirnya terus menerus dan makin cepat dan kuat. Gerakan tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan faktor emosional. gerakan pada kaki dan tangan tersebut timbu; secara bersamaan. Awalnya munculnya ketika pasien sedang tidur sehingga pasien terbangun karena gerakannya.
- Sehari sebelum gerakan timbul, saat pasien sedang berjalan, tiba-tiba pasien mengeluhkan kedua kaki dan tangannya terasa berat sehingga pasien tidak bisa berjalan lalu dipapah keluarganya. Riwayat sakit kepala ada dirasakan, sejak kedua tangan dan kaki terasa berat.
- Demam tidak ada
- Mual dan muntah tidak ada
- Pandangan ganda tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah menderita sakit seperti ini
sebelumnya
Riwayat hipertensi ada sejak 2 tahun yang
lalu, kontrol teratur ke puskesmas
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
Pasien seorang
ibu rumah tangga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi :
80 x / menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,8oC
Status Internus :
KGB : Leher,
aksila dan inguinal tidak membesar
Leher : JVP
5-2 CmH20
Thorak : Paru : Inspeksi : simetris
kiri dan kanan
Palpasi : fremitus
normal kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler,
ronchi (-), wheezing (-)
Jantung : Inspeksi : iktus
tidak terlihat
Palpasi : iktus
teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama
teratur, bising (-)
Abdomen : Inspeksi : Tidak
tampak membuncit
Palpasi : Hepar
dan lien tidak teraba, ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising
usus (+) Normal
Corpus Vertebrae :
Inspeksi : Deformitas
(-), Gibbus (-), Tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri
tekan (-)
Status Neurologis :
1. GCS 15 : E4 M6 V5
2. Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- muntah proyektil
(-)
- sakit kepala progresif (-)
4. Nn Kranialis :
- N
I penciuman baik
- N
II reflek cahaya +/+
- N III, IV, VI pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan
bola mata bebas ke segala arah
- N V bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke
kiri dan ke kanan
- N
VII bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris
- N
VIII fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada
- N IX, X arcus faring simetris, uvula di tengah,
refleks muntah (+), perasaan 1/3 lidah baik
- N
XI bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan
- N XII lidah tidak ada deviasi
5. Motorik :
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Tonus : hipertonus eutonus
Hipertonus eutonus
Trofi : eutrofi
6.
Sensorik
-
Eksteroseptif : rasa raba, tekan dan nyeri
baik
-
Proprioseptif : rasa getar dan posisi
sendi baik
7. Fungsi otonom : BAK dan BAB tidak ada keluhan
8.
Reflek
fisiologis : Reflek biceps /++, Reflek
triceps /++, Reflek KPR /+++, Reflek
APR /+++
9.
Reflek
patologis : Reflek Hoffman Trommer -/-, Reflek Babinsky Group +/+
Laboratorium
Hb 11,4 gr%
Leukosit 16800/mm3
Trombosit 569.000/mm3
Ht 32,4 %
Ureum 40 mg/dl
Kreatinin 1,75 mg/dl
GDR 101 mg/dl
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Klinis : Hemiballismus
dekstra
Diagnosis Topik : Ganglia basal
Diagnosis Etiologi : idiopatik
Diagnosis Sekunder : hipertensi stage I
Pada pasien ini dilakukan rencana pemeriksaan tambahan : kimia klinik, elektrolit. Kalau mau sampai pakai Brain CT Scan, bisa ajaaa :p Tapi kalau RS nya ada fasilitas ya, jangan maksa kalau memang RS nya tidak punya CT-Scan
Terapi yang diberikan sesuai dengan prinsip yang diterapkan di bagian Saraf (di manapun). yaitu terapi umum : bed rest. dan diet makan biasa (MB), diitung2 bagian gizi untuk pasien ini diet MB 1900 kkal. Dan diberikan terapi khusus berupa antikonvulsan : Klonazepam
Segitu dulu, mudah-mudahan bermanfaat dan mari belajar lagi
-mari sekolah lagi ;) - life-long learning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar