Hei, Ririn, ketika membuka blog post yang
satu ini, mungkin ririn akan bertanya ada angin ribut apa si Feby nulis yang beginian.
Hahaa, ini semua terinspirasi dari chit-chat kita semalaman.Sudah lama ya yin,
kita gak ngobrol sepanjang dan sedalam itu.Jangan-jangan kalau diukur jaraknya,
kita ini udah sampai ke Alaska.
RirinTriyani, seorang sahabat yang pertama
kali aku kenal di depan ruang tutorial ABCD, FK Unand, yap tempat kami
sama-sama sekolah. Anak yang misterius *tsaah*.Aku lagi apa ya waktu itu, lagi main
deng, main voli-volian (main voli dengan cara yang tidak benar!) bareng teman2
seangkatan kita.
Jadi ya si Ririn Triyani ini, orang main, dia malah baca-baca buku
di bawah pohon. Tau buku apa? Buku tentang JEPANG.Gara-gara saya ini sempat beberapa waktu sebelum masuk
FK, dengan “hara-kiri-nya” pernah mendaftar dan ikut seleksi beasiswa ke Jepang
(ambil kedokteran dan kedokteran gigi pulak), maka saya kegatalan menghampiri teman yang
satu ini.Saya tau ini orang satu angkatan dengan saya, 2006, tapi saya gak tau
namanya.Ya, bukunya itu yang jadi magnet.
“Wuaaah, buku Jepang. Suka Jepang juga ya?
Mm..errr..” (gak tau au nyapa dengan nama apa)
“Rin, aku duluan ya” kata Arin. Prima
Anggraeni Arin.
Oh, namanya Ririn. Baiklah.
“Ririn suka Jepang ya.Samaaaaa”
Dasar saya ya emang begitu mah,
langsung sok2 meramaikan suasana.
Dan hari itu juga, aku dan Ririn pun sesama penyuka negara Jepang.
Time flies…
Yang jelas, saat-saat di CIMSA adalah saat
paling menyenangkan buat kita ya Rin.
Itu soal keorganisasian.
Persahabatan saya dan Ririn, bukan persahabatan
yang sampai di situ saja. Ririn hafal betul kebiasaan menulis saya,
sampai dia benar-benar tau ini tulisaan tangan saya atau bukan. Dia bahkan sudah bisa menebak apa tanggapan saya kalau saya dimintai pendapat oleh
orang lain, tanpa saya harus curhat panjang lebar ke dia. Ririn paling
bisa menutup kekurangan saya. Ririn jugalah teman yang
tidak akan menyebut-nyebut sesuatu yang sebenarnya telah dia raih,
tapi waktu itu saya belum, karena dia tidak ingin katanya membuat saya kecil hati.
Ririn bilang yang dia dapat itu juga pasti aku dapatkan, masalah waktu saja.Haha,
yin..yiiin..waktu itu aku sangat oke-oke ajalah. Yang
spesialnya, Ririn selalu mencoret coret bagian belakang buku catatanku, catatan kuliah
pula. Isinya macam-macam.Tentang saya, tentang 17
tahun lagi saya mungkin akan sama siapa, punya anak berapa, dan punya karir seperti apa.
Terus, di bawahnya, selalu ada ucapan “Semangat ya Feby!! Ganbarrimasyou!!”
Ini salah satu tulisan Ririn
(tulisan hiragana) Bonjour Feby! (Di sisi kiri ada tulisan kanji warna merah)
Kenapa Feby memintaku menulis di buku ini? Padahal aku kan pengen belajar, ngedengerin mama Bayu! But it's okay.. I'm a good friend! I'll do whatever for my buddy..he3. Ayo bicara tentang cita2 di masa depan. Ketika nanti aku sudah skul di Japan, jgn lupa kabar2i ya! KEEP IN TOUCH.. Kan Duri-Japan..Jauuuh! Ud gitu Feby dan Kura2 sibuk ngurus anak. (Jgnla banyak2, udah 5 kan? udahla..ud byk tuw)
Pesen aku..
Tetaplah jadi orang sanguinis..
Karena orang sanguinis masih tetap bisa tersenyum meskipun dunia kejam padanya..he3 (^_^)b. Ciyaoo!!
Dia mendoakan aku punya 5 anak cuy :))
Prinsip Orang Sanguin, dia akan tetap tertawa walaupun dunia sedang kejam padanya. Bukan begitu Ririn Triyani? Jadi pernahlah suatu hari,
saya dan Ririn mencoba menganalisis diri sendiri, kami ini masuk yang mana. Koleris,
Plegmatis, Melankolis, atau Sanguin. Sampai kami searched
tentang masing-masing karakter dan membuat check list. Akhirnya jatuhlah kami
pada Sanguin. Yak, We are Sanguinist!
Tapi Ririn sempat menambahkan kalau saya itu malahSanguin-Koleris. Lah, jadi 2
kepribadiannya. Haha, tetap, kami Sanguin.
Sanguin selalu punya cara untuk menghibur dirinya.
Malah saya dan Ririn cenderung autism, kara orang, termasuk Presiden kami pun
bilang begitu. HEY, autism bukan jadi jokes ya! Besoknya gak ada lagi yang bilang
kami seperti itu.Haha. EH mungkin sebutan itu muncul karena kami
memang suka bikin dunia sendiri. Kami tidak suka terlibat debat urat syaraf yang
begitu tegang. Kami suka mendengar lagu-lagu yang jarang didengar
orang. Saya dan Ririn suka nge-bolang
(nge-BocahPetualang). Saya dan Ririn juga suka memotret, biar kata
gak punya kamera canggih.Cita-cita kami salah satunya yang mudah saja,
ingin beli kamera DSLR yang keren abis! Nanti kami beli kalau kami udah internship
(gak tau gaji dokter internship di bawah UMR).Belakangan baru sadar,
nanti deh beli kameranya.Sementara kita pakai dulu kamera HP S*ny Errics*n kita yang
mantap itu ya Yin, tergantung mata yang mengambil momen.
Langit berpelangi di belakang lab anatomi. Ini kita lagi gladi resik Human Red Ribbon, STHYC
Hei Ririn,
walaupun saat ini sedang tidak ada momen apapun, bahkan memang angin ribut pun tidak ada,
kalau teringat sesuatu tentang aku, buka saja blog post ini, Eaaa, sekalian promo ^^,
Bukan..bukan.. bukan itu maksudnya.
Tulisan ini memang ditujukan untuk sahabat sayadr.
RirinTriyani. Tidak cukup kata terima kasih untuk banyak hal, terima kasih untuk segala kasih, banyak peristiwa yang
selalu terekam baik di ingatan. Ririn hebat, sudah menjadi sahabat yang
sangat baik untuk aku! Akunya yang payah, belum tau harus balas baik dengan cara yang
bagaimana.
Tetap menjadi kuat ya Rin, di manapun,
dalam peristiwa apapun.Pembicaraan terakhir kita malam itu ditutup dengan, “urusan semut yang imut aja
diberesin Allah, urusan kita yang besar juga akan ditolong Allah. Yakinlah"
-
Aku pun
sedang berusaha untuk bisa setegar itu - ^^v HidupSanguin!!